SUMENEP — Di balik aroma khas tembakau yang melekat di Kabupaten Sumenep, Madura, tersimpan cerita tentang geliat industri rokok yang kian menggeliat. Tahun 2024 mencatat lonjakan jumlah pabrik rokok di daerah ini, menembus angka 167 unit pabrik aktif, sebuah pertumbuhan signifikan yang menunjukkan sektor ini terus bergairah.
Menurut Moh. Ramli, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskop UKM Perindag) Sumenep, industri rokok tidak sekadar tentang produksi tembakau semata, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi lokal. “Dari total 221 pabrik rokok yang terdaftar, saat ini ada 167 yang sudah beroperasi penuh. Sebagian besar adalah pabrik rokok kretek tangan (SKT), sementara sisanya adalah pabrik rokok mesin (SKM),” jelas Ramli.
Lebih dari sekadar bisnis, keberadaan pabrik rokok ini membuka peluang kerja luas bagi masyarakat Sumenep. Tak kurang dari 4.800 orang kini menggantungkan penghasilan dari sektor ini. Mereka yang bekerja melinting rokok secara manual, rata-rata mengantongi upah harian sekitar Rp100.000, dengan sistem kerja yang fleksibel. Dalam sebulan, mereka berpotensi membawa pulang Rp2,5 juta hingga Rp3 juta, angka yang melampaui garis kemiskinan daerah.

Menariknya, banyak pekerja di industri rokok di Sumenep adalah pekerja multifungsi. Di siang hari mereka melinting rokok, sementara di pagi atau malam hari mereka bertani atau melaut. Pabrik rokok menjadi solusi ekonomi yang mampu menyatu dengan budaya kerja khas masyarakat Madura yang dikenal ulet dan tangguh.
Tak berhenti di situ, Pemkab Sumenep terus memperkuat dukungan bagi industri rokok melalui proyek Aglomerasi Pabrikasi Hasil Tembakau (APHT), yang segera dioperasikan sebagai pusat pengembangan industri rokok terpadu. Di sisi lain, kabar baik juga datang dari 11 pabrik rokok baru yang dalam waktu dekat akan membuka lowongan kerja bagi sekitar 220 orang tenaga baru.
Seiring pertumbuhan industri ini, Sumenep tak hanya mencatatkan prestasi sebagai daerah penghasil rokok berkualitas, tetapi juga sebagai contoh nyata bagaimana industri lokal mampu menjadi motor penggerak ekonomi rakyat sekaligus solusi penanggulangan kemiskinan.
Penulis : Novalia Ayu Nur Syafitri
Editor : Wasilatil Maghfirah
Sumber Berita: Redaksi