SUMENEP – Setiap Ramadan tiba, sudut-sudut kota Sumenep, Madura, selalu menjelma menjadi pasar kuliner dadakan yang memanjakan para pemburu takjil. Tradisi yang telah berlangsung bertahun-tahun ini bukan sekadar aktivitas belanja biasa, melainkan juga ajang berkumpulnya warga, tempat silaturahmi lama terjalin kembali di tengah deretan jajanan khas berbuka.
Sejak Sabtu (1/3/2025), geliat pasar takjil di Sumenep sudah terasa. Mulai dari kawasan sekitar MAN Sumenep hingga Jalan Kartini, puluhan lapak pedagang bermunculan menawarkan beragam makanan dan minuman khas Ramadan.
Dari bubur kacang hijau yang hangat hingga es campur yang menyegarkan, semua tersaji dengan harga ramah di kantong. Bukan hanya soal rasa, momen ini juga sarat makna bagi pedagang maupun pembeli.

Fetty (30), salah satu warga yang rutin berburu takjil setiap Ramadan, mengaku senang bisa kembali merasakan suasana khas ini.
“Kalau Ramadan, saya selalu ngabuburit ke pasar takjil bareng keluarga. Sekalian ketemu teman lama, soalnya kebanyakan warga Sumenep yang merantau pasti pulang kampung pas Ramadan,” katanya sambil memilih jajanan di salah satu lapak.
Sementara bagi pedagang, Ramadan bukan sekadar bulan penuh berkah secara spiritual, tetapi juga rezeki ekonomi yang dinanti. Rahmad (40), pedagang es buah yang setiap tahun membuka lapak di kawasan tersebut, menyebut omzetnya bisa naik hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa.
“Alhamdulillah, Ramadan selalu ramai. Kadang justru lebih banyak yang beli karena sekalian nostalgia suasana Ramadan di Sumenep,” ujarnya.
Uniknya, pasar takjil di Sumenep bukan hanya sekadar transaksi jual beli makanan. Bagi sebagian warga, aktivitas ini sudah menjadi budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bahkan, tak jarang pedagang takjil merupakan ibu-ibu yang dulunya juga datang ke pasar sebagai pembeli saat mereka masih kecil.
Di tengah modernisasi dan maraknya layanan pesan antar makanan, pasar takjil Sumenep membuktikan bahwa tradisi lama masih punya tempat istimewa di hati masyarakat.
“Di sini bukan cuma cari makanan buat buka puasa, tapi juga cari suasana Ramadan yang hangat,” pungkas Sri.
Dengan semangat kebersamaan yang terus terjaga, pasar takjil Sumenep bukan sekadar pasar musiman, melainkan cerminan wajah Ramadan yang penuh kehangatan dan kerinduan.
Penulis : Novalia Ayu Nur Syafitri
Editor : Wasilatil Maghfirah
Sumber Berita: Redaksi