SUMENEP – Menjelang Lebaran Ketupat, permintaan ketupat melonjak tajam. Tomina, seorang perajin ketupat dari Sumenep, kebanjiran orderan hingga ratusan orong setiap hari.
Tak seperti kebanyakan ketupat yang dibuat dari daun kelapa, Tomina menggunakan popos atau daun siwalan. Selain lebih kuat dan tahan lama, ketupat dari daun siwalan juga memiliki aroma khas yang disukai pembeli.
Ketupat buatannya dijual dalam satuan sejina (selusin) yang berisi sepuluh ketupat seharga Rp10.000. Artinya, satu orong ketupat dihargai Rp1.000.
“Menjelang Lebaran Ketupat ini pesanan bisa naik dua kali lipat dibanding hari biasa. Banyak orang memborong untuk acara syukuran keluarga,” ujar Tomina saat ditemui di rumahnya.
Proses pembuatan ketupat membutuhkan ketelatenan. Tomina harus memilih daun terbaik, memotongnya dengan presisi, lalu menganyamnya menjadi bentuk kotak khas ketupat. Keahlian ini sudah diwarisinya secara turun-temurun.
Selain dijual langsung, ketupat buatannya juga didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di Sumenep. Ia berharap tradisi membuat ketupat dari daun siwalan tetap lestari dan semakin banyak anak muda yang mau belajar menganyam.
“Alhamdulillah, meskipun usaha kecil, hasilnya cukup membantu ekonomi keluarga. Semoga Lebaran Ketupat tahun ini membawa berkah untuk semua,” harapnya.
Penulis : Novalia Ayu Nur Syafitri
Editor : Wasilatil Maghfirah
Sumber Berita: Redaksi